Category: Uncategorized


Struktur Risiko Tingkat bunga

Struktur resiko tingkat bunga biasanya disebut dengan yield spread, yang di artikan sebagai hubungan antara yield obligasi dengan karateristik tertentu yang dimiliki obligasi,seperti kualitas, callability, kupon dan mudah tidaknya obligasi diperjualbelikan (marketability). Besarnya yield spread dipergunakan faktor-faktor berikut ini:

 

  1. Perbedaan kualitas. Untuk mengetahui kuaitas obligasi, kita bisa melihat peringkat kualitas obligasi yang disusun berdasarkan besarnya resiko kegagalan pembayaran (risk of default). Besarnya resiko kegagalan sangat tergantung pada kinerja emiten yang menerbitkan obligasi tersebut dalam pembayaran bunga dan pelunasan pinjaman pokok. Salah satu standar peringkat obligasi yang paling banyak digunakan adalah peringkat menurut Standar & Poor (S&P).

 

  1. Perbedaan dalam bentuk call provision. Obligasi yang callable akan memberikan YTM yang lebih tinggi dari obligasi noncallable. Pada obligasi callable emiten dapat melunasi obligasi tersebut sebeum jatuh tempo, dan ini umumnya dilakukan pada saat tingkat suku bunga turun.

 

  1. Perbedaan tingkat kupon yang memberikan. Obligasi yang memberikan kupon yang reltif lebih kecil akan cenderung meberikan return berbentuk capital gain yang lebih besar.

 

Perbedaan kemudahan diperdagangkan. Ada beberapa obligasi yang dianggap lebih mudah diperdagangkan dibandingkan dengan obligasi lain sehingga obligasi tersebut mempunyai likuiditas yang relatif lebih baik. Obligasi yang likuiditasnya lebih baik akan menawarkan YTM yang lebih rendah

Dalam pengelolaan portofolio obligasi ada tiga pendekatan, yaitu pasif, aktif, dan kombinasi dari kedua pendekatan tersebut atau strategi imunisasi.

  • Strategi Pengelolaan Aktif

Strategi pasif didasari pemikiran bahwa pasar dalam kondisi yang efisien, sehingga harga-harga sekuritas di pasar sudah di tentukan secara tepat sesuai dengan nilai intrinsiknya. Investror yang menganut strategi pasif tidak secara aktif mencari kemungkinan-kemungkinan strategi perdagangan tertentu yang bisa menghasilakan return abnormal.

Retun dan resiko yang menghasilakan oleh stratergi pasif relatif lebih kecil di bandingkan dengan strategi aktif. Strategi yang termasuk pendekatan pasif dalam pengelolaan portofolio obligasi adalah strategi beli  dan simpan dan strategi mengikuti indeks (indescing) pasar.

 

Beli dan Simpan.  Investor yang mengikuti strategi beli dan simpan, berarti ia berniat untuk tidak aktif melakukan perdagangan

 

Mengikuti Indeks Pasar. Salah satu alternatif strategi pasif, selain strategi beli dan simpan adalah strategi mereplikasi kinerja pasar. Untuk membentuk portofolio yang sesuai dengan kinerja pasar, tentu saja akan memerlukan dana, keahlian, dan akses informasi yang lebih banyak, karena portofolio tersebut terdiri dari obligasi-obligasi pilihan yang jumlahnya relatif besar. Tetapi investor individual dengan keterbatasan yang dimilikinya dapat juga melakukan strategi dengan cara membeli sekuritas reksadana.

 

 

 

  • Strategi Imunisasi

 

Strategi Imunisasi adalah strategi yang berusaha untuk melindungi portofolio terhadap resiko tingkat bunga dengan cara saling meniadakan pengaruh dua komponen resiko tingkat bunga, yaitu resiko harga dan resiko reinvestasi. Resiko harga merupakan resiko yang berasal dari hubungan yang terbali antara harga obligasi dengan tingkat bunga.

Investasi obligasi dapat diimunisasi dengan cara menyamakan durasi obligasi dengan horizon investasi. Horizon investasi adalah lamanya waktu yang diinginkan investor untuk tetap mempertahankan investasi obligasinya. Dengan demikian, investor yang membeli obligasi harus melakukan investasi kembali pendapatan bunganya pada tingkat bunga pasar dan kemudian menjual obligasi tersebut pada akhir horizon investasi yang diinginkan. Ada beberapa variasi strategi imunisasi, antara lain strategi durasi dan strategi maturitas. Perbedaan kedua strategi tersebut terletak pada waktu maturitasnya.

Strategi maturitas akan berusaha menyamakan waktu maturitas dengan horizon investasi. Sedangakan strategi durasi tidak memperhatikan waktu maturitas tetapi hanya akan berusaha menyamakan durasi dengan horizon investasi.

Strategi imunisasi merupakan strategi kombinasi antara strategi pasif dan aktif karena untuk mencapai tujuan dari strategi imunisasi invertor harus selalu melakukan penyesuaian agar durasi obligasi selalu sama dengan horizon investasi.

 

  • Strategi Pengelolaan Pasif

 

Ada beberapa investo yang masih berkeinginan untuk mendapatkan kesempatan mendapatkan kesempatan mendapatkan return yang lebih besar dengan pengelolaan aktif obligasi, baik itu dengan cara mengestimasi perubahan tingkat bunga maupun dengan mengidentifikasi berbagai obligasi yang harganya tidak sesuai dengan nilai intrinsik yang sebenarnya.

Oleh karena itu perbedaan antara strategi pasif dan aktif dapat dilihat dari data yang diperlukan. Jika pada strategi pasif, data yang diperlukan sudah diketahui pada saat melakukan analisis tetapi pada strategi aktif, data yang diperlukan belum diketahui dengan pasti karena sifatnya masih estimasi.

Mengestimasi Perubahan Tingkat Bunga. Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi harga obligasi dengan arah yang tebalik, artinya jika tingkat bunga mengalami kenaikan maka harga obligasi akan mengalami penurunan.

 

Mengidentifikasi Adanya Kesalahan Harga Pada Suatu Obligasi. Manajer portofolio obligasi berusaha menyesuaikan perubahan lingkungan yang terjadi dengan melaksanakan apa yang disebut dengan bond swap, yaitu suatu strategi pengelolaan aktif yang berusaha untuk meningkatkan tingkat return portofolio obligasi dengan cara mengidentifikasi adanya kesalahan penetapan harga pada suatu obligasi di pasar.

Oleh karena perkembangan pasar modal yang sedemikian pesat makan banyak teknik pengelolaan portofolio obligasi aktif baru juga bermunculan seperti misalnya interest rate swaps, yaitu sebuah kontrak antara dua pihak untuk saling mempertemukan aliran kas dua sekuritas yang berbeda.

sejarah farmasi

potensioSejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu Kedokteran”, belum dikenal adanya profesi Farmasi. Saat itu seorang “Dokter” yang mendignosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang “Apoteker” yang menyiapkan obat. Semakin berkembangnya ilmu kesehatan masalah penyediaan obat semakin rumit, baik formula maupun cara pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu keahlian tersendiri. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick IImemerintahkan pemisahan secara resmi antara Farmasi dan Kedokteran dalam dekritnya yang terkenal “Two Silices”. Dari sejarah ini, satu hal yang perlu digarisbawahi adalah akar ilmu farmasi dan ilmu kedokteran adalah sama.

Awal mula Kelahiran Ilmu Farmasi

Farmasi (bahasa Inggris: pharmacy, bahasa Yunani: pharmacon, yang berarti : obat) merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti peracikan dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan dengan layanan terhadap pasien (patient care) di antaranya layanan klinik, evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat, dan penyediaan informasi obat. Kata farmasi berasal dari kata farma (pharma). Farma merupakan istilah yang dipakai pada tahun 1400 – 1600an.
  1. Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat perlu pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia membuat obat dari bahan yang sudah diketahui zat aktifnya
  2. Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan “bapak kedokteran” dalam praktek pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan.
  3. Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi.
  4. Ibnu Sina (980-1037) telah menulis beberapa buku tentang metode pengumpulan dan penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan obat seperti pil, supositoria, sirup dan menggabungkan pengetahuan pengobatan dari berbagai negara yaitu Yunani, India, Persia, dan Arab untuk menghasilkan pengobatan yang lebih baik.
  5. Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi efek farmakologi dan toksikologi obat pada hewan percobaan, ia mengatakan :”I pondered at length, finally I resolved to clarify the matter by experiment”. Ia adalah orang pertama yang melakukan penelitian farmakologi dan toksikologi pada hewan percobaan. Percobaan pada hewan merupakan uji praklinik yang sampai sekarang merupakan persyaratan sebelum obat diuji–coba secara klinik pada manusia.
  6. Institut Farmakologi pertama didirikan pada th 1847 oleh Rudolf Buchheim (1820-1879) di Universitas Dorpat (Estonia). Selanjutnya Oswald Schiedeberg (1838-1921) bersama dengan pakar disiplin ilmu lain menghasilkan konsep fundamental dalam kerja obat meliputi reseptor obat, hubungan struktur dengan aktivitas dantoksisitas selektif. Konsep tersebut juga diperkuat oleh T. Frazer (1852-1921) di Scotlandia, J. Langley (1852-1925) di Inggris dan P. Ehrlich (1854-1915) di Jerman.
Demikian beberapa ulasan sejarah farmasi Dunia barat yang semuanya berawal dari Hipocrates yang dikenal sebagai bapak kedokteran, jika dilihat secara mendalam maka ilmu kefarmasian dan ilmu kedokteran memiliki sumber yang sama sehingga diharapkan keilmuan ini dapat bekerja sama untuk mencapai efek terapi yang maksimal bagi pasien.

potensiometri

erlenmeyerPotensiometri adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari ilmu pengukuran potensial dari suatu elektroda. Pengukuran potensial elektroda banyak digunakan untuk dalam ilmu kefarmasian terutama untuk pengukuran pH. Metode analisis potensiometri ini didasarkan pada pengukuran potensial sel elektrokimia.

Potensiometri hanya digunakan untuk menentukan titik equivalen pada proses titrasi

Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama (potensiometri langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan air. Kedua (titrasi langsung), ion dapat dititrasi dan potensialnya  diukur sebagai fungsi volume titran.  Potensial sel, diukur sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen. Suatu petensial sel galvani bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan sel, pengukuran potensial sel menjadi penting dalam banyak analisis kimia (Basset, 1994).

Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).

Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus.  Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan (Basset,  1994).

Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri   yaitu reaksi pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan.  Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi   harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).

Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persaman Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan (Rivai, 1995).

Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).

Alat-alat yang dibutuhkan dalam metode potensiometri adalah :

  1. Ph Meter

mp511_desktop_ph_meter1Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau diistilahkan dengan potential of hidrogen.

  1. Elektroda

elektorda-ph11) elektrode pembanding (refference electrode)

(2) elektroda indikator ( indicator electrode )

(3) alat pengukur potensial

1. Elektode Pembanding

Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu elektrode pembanding (refference electrode) yang memiliki syarat harga potensial setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak peka terhadap komposisi larutan yang sedang selidiki.. Pasangan elektrode pembanding adalah elektrode indikator (disebut juga working electrode) yang potensialnya bergantung pada konsentrasi zat yang sedang diselidiki

Syaratnya adalah:

  • Mematuhi persamaan Nersnt bersifat reversible
  • Memiliki potensial elektroda yang konstan oleh waktu
  • Segera kembali keharga potensial semula apabila dialiri arus yang kecil
  • Hanya memiliki efek hysterisis yang kecil jika diberi suatu siklus suhu
  • Merupakan elektroda yang bersifat nonpolarisasi secara ideal

Elektroda pembanding ada beberapa macam, diantaranya :

a. Elektroda Kalomel (Saturated Calomel Electrode)

            Elektroda Kalomelmerupakan elektrode yang terdiri dari lapisan Hg yang ditutupi dengan pasta Merkuri (Hg), Merkuri Klorida /Komel (Hg2Cl2) dan kalium klorida (KCl). Setengah sel elektrode kalomel dapat ditunjukan sebagai berikut:

            KCl || Hg2Cl2 (sat’d), KCI (x M) | Hg

Dengan x menunjukkan konsentrasi KCl didalam larutan. Reaksi elektroda dapat dituliskan sebagai:

            Hg 2CI2 (s) + 2 e¯ è 2 Hg (l) + 2 CI ¯

Potensial sel ini akan bergantung pada konsentrasi klorida x (pada kalomel yang tidak jenuh), dan harga konsentrasi ini harus dituliskan untuk menjelaskan elektroda.

Elektroda kalomel terbuat dari tabung gelas atau plastik dengan panjang 5 – 15 cm dan garis tengah 0,5 – 1 cm. Pasta Hg/HgCI terdapat di dalam tabung yang lebih dalam, dihubungkan dengan larutan KCI jenuh melalui lubang kecil. Kontak elektroda ini dengan larutan dari setengah sel lainnya melalui penyekat yang terbuat dari porselen atau asbes berpori.

b. Elektroda perak / perak klorida

            Elektroda perak / perak klorida merupakan electrode yang terdiri dari suatu elektroda perak yang dicelupkan kedalam larutan KCI yang dijenuhkan dengan AgCI. Setengah sel elektroda perak dapat ditulis :

            KCl | | AgCI (sat’d), KCI (xM) | Ag

Reaksi setengah selnya adalah

            AgCI (s) + e- è Ag (s) + CI-

            Biasanya elektroda ini terbuat dari suatu larutan jenuh atau 3,5 M KCI yang harga potensialnya dalah 0,199 V (jenuh) dan 0.205 V (3,5M) pada 250 C. Kelebihan elektroda ini dapat digunakan pada suhu yang lebih tinggi sedangkan elektroda kalomel tidak.

 c. Elektrode Indikator (Indicator Elektrode)

Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu elektroda yang potensial elektrodanya bervariasi terhadap konsentrasi (aktivitas) analit yang diukur. Elektroda indikator harus memenuhi beberapa syarat antara lain harus memenuhi tingkat kesensitivan yang terhadap konsentrasi analit. Tanggapannya terhadap keaktifan teroksidasi dan tereduksi harus sedekat mungkin dengan yang diramalkan dengan persamaan Nernst. Sehingga adanya perbedaan yang kecil dari konsentrasi analit, akan memberikan perbedaan tegangan.
Elektroda indikator secara umum dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu :

a.   Elektroda indikator logam

 Elektroda logam adalah elektroda yang dibuat dengan menggunakan lempengan logam atau kawat yang dicelupkan ke dalam larutan elektrolit.

b. Elektroda redoks ( inert )

Logam mulia seperti platina, emas, dan paladium bertindak sebagai elektroda indikator pada reaksi redoks. Fungsi logam semata-mata untuk membangkitkan kecenderungan system tersebut dalam mengambil atau melepaskan electron; logam itu sendiri tidak ikut serta secara nyata dalam reaksi redoks, potensialnya merupakan fungsi Nersnt dari rasio aktivasi aFe2+/aFe3+. Tentu saja, inert merupakan ukuran relatif, dan platina tidak kebal dari serangan-seranga oksidator kuat, terutama dalam larutan dimana kompleksasi bias menstabilkan Pt(II) melalui pembentukan spesies.

  Platina juga bisa menimbulkan masalah dengan reduktor-reduktor yang sangat kuat: reduksi H+ (atau H2O) kadang-kadang berlangsung sedemikian lambat sehingga analit-analit bias direduksi lebih dahulu dalam larutan air tanpa interfensi dari pelarutnya, tetapi karena H+ e = ½ Hkek2 dikatalis oleh platina, keuntungan kinetik ini  mungkin hilang.

  Contoh potensial elektroda platina di dalam larutan yanfg mengandung ion-ion Ce3+ dan Ce4+ adalah,

              E = E0 – 0,059 log [Ce3+]/[Ce4+]

Dengan demikian elektroda platina dapat bertindak sebagai elektroda indikator di dalam titrasi cerimetri.

keuntungan motode potensiometri

  1. Bisa dilakukan untuk semua titrasi
  2. Kurva titrasi berhubungan antara potensial terhadap volume titran
  3. Digunakan bila :
  • Tidak ada indikator yang sesuai
  • Daerah titik equivalen sangat pendek

kekurangan metode potensiometri

  1. diperlukan pencampuran yang akurat dari volume standar maupun sampel yang akan diukur.
  2. diperlukan perhitungan yang lebih rumit.
  3. konsentrasi sampel harus diketahui.

Model System Neuman

Sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang terbuka dan dinamis terhadap klien yang dikembangkan untuk memberikan suatu kesatuan fokus definisi masalah keperawatan dan pemahaman terbaik dari interaksi klien dengan lingkungannya. Elemen-elemen yang ada dalam sistem terbuka mengalami pertukaran energi informasi dalam organisasi kompleksnya. Stress dan reaksi terhadap stres merupakan komponen dasar dari sistem terbuka. Klien sebagai sistem bisa individu, keluarga, kelompok, komunitas atau sosial issue (Tomey & Alligood, 1998).

Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi: stresor, garis pertahanan dan perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem klien, struktur dasar, intervensi dan rekonstitusi (.Tingkatan pencegahanTingkatan pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tersier.

a. Pencegahan primer : terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense dengan cara mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup : immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup.

b. Pencegahan sekunder. Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah   ada gejala dari stressor. Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem dan intervensi-intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian.

c. Pencegahan TersierDilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada     perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada pencegahan primer

Keperawatan menurut Henderson di definisikan membantu individu yang sakit dan sehat dalam melaksanakan aktifitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya. Dimana individu tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila pasien memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan yang dibutuhkan dan hal ini dilaksanakan dengan cara membantu mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin.

Fungsi utama perawat yaitu menolong seseorang yang sehat/sakit dalam usaha menjaga kesehatan atau penyembuhan atau untuk menghadapi kematiannya dengan tenang atau damai.

Kerangka kerja praktek dari model konsep dan teori keperawatan Virginia Henderson adalah praktek keperawatan yang membentuk klien untuk melaksanakan 14 kebutuhan dasar dalam asuhan keperawatan dasar pada tingkat asuhan individual, mengacu kepada aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dari seseorang yaitu bsbg berikut:

a)      Bernafas dengan normal

memilih tempat tidur, kursi yang cocok, menggunakan bantal, alas sabagai alat pembantu agar klien dapat bernafas, menjelaskan pengaruhnya.

b)      Kebutuhan akan nutrisi

memberikan penjelasan mengenai tinggi dan berat badan yang normal, kebutuhan nutrisi yang diperlukan,Pemilihan dan penyediaan makanan.

c)      Kebutuhan eliminasi

Perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran.

d)      Gerak dan keseimbangan tubuh

Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip keseimbangan tubuh, miring, dan bersandar.

e)      Kebutuhan isthirahat dan tidur

tentang pergerakan badan yang baik, dan juga mengajarkan bagaimana cara mengontrol emosi yang baik.

f)        Kebutuhan berpakaian

memilihkan pakaian yang tepat dari pakaian yang tersedia dan membantu untuk memakainya.

g)      Mempertahankan temperature tubuh atau sirkulasi

keadaan panas maupun dingin dengan mengubah temperature, kelembapan atau pergerakan udara, atau dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi aktifitasnya.

h)      Kebutuhan akan personal hygiene

walaupun sakit klien tidak perlu untuk menurunkan standard kesehatannya, dan bisa menjaga tetap bersih baik fisik maupun jiwanya.

i)        Kebutuhan rasa aman dan nyaman

melindungi klien dari trauma dan bahaya yang timbul yang mungkin banyak faktor yang membuat klien tidak merasa nyaman dan aman.

j)        Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi, keinginan, rasa takut dan pendapat

penterjemah dalam hubungan klien dengan tim kesehatan lain dalam memajukan kesehatannya, membuat klien mengerti akan dirinya sendiri danmenciptakan lingkungan yang teraupeutik.

k)      Kebutuhan spiritual

meyakinkan pasien bahwa kepercayaan, keyakinan dan agama sangat berpengaruh terhadap upaya penyembuhan dan pemenuhannya.

l)        Kebutuhan bekerja

interprestasi terhadap kebutuhan klien sangat penting, dimana sakit bisa menjadi lebih ringan apabila seseorang dapat terus bekerja.

m)    Kebutuhan bermain dan rekreasi

memilihkan aktifitas yang cocok sesuai umur, kecerdasan, pengalaman dan selera klien, kondisi, serta keadaan penyakitnya.

n)      Kebutuhan belajar

mendorong usaha penyembuhan dan meningkatkan kesehatan, serta memperkuat dan mengikuti rencana terapi yang diberikan

baju ngampus terbaruu

The Day You Went Away – M2m Lyrics & Listen

The Day You Went Away – M2m Lyrics & Listen.

Konseling Donor Darah

Khusus mengenai konseling sebenarnya UTD PMI telah mencoba untuk melakukan pre dan post konseling untuk hasil pemeriksaan darah yang positif terjangkit Sifilis, Hepatitis B & C. Dalam tahap pre konseling, sebelum pemeriksaan para donor diberitahu disertai penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan dari yang bersangkutan melalui lembar Inform Consent, bahwa jika hasil darahnya reaktif atau positif maka darah tersebut tidak akan digunakan untuk transfusi.

Sedangkan pada tahap Post Konseling, setelah hasil pemeriksaan darah donor dinyatakan positif, maka diadakan pemanggilan kepada yang bersangkutan melalui pos. Namun untuk kasus HIV dipanggil langsung. Kemudian diberitahukan kepada yang bersangkutan untuk tidak menjadi donor darah:

  • sampai hasil pemeriksaan darahnya negative pada sifilis
  • atau tidak menjadi donor darah untuk selamanya bagi pengidap HIV dan Hepatitis B&C.

Khusus untuk HIV, konseling belum dapat dilakukan karena:

  • Prinsip Unlinked Anonymous
  • Belum siapnya seluruh UTDC dan Pemerintah untuk melakukan konseling dan terapinya

MURID HOS TJOKROAMINOTO & INDONESIA

HOS TJOKROAMINOTO telah melahirkan tokoh-tokoh besar pendiri negri ini Sukarno, Semaoen, Kartosuwirjo ketiga tokoh ini mempunyai peran besar dalam perjuangan mengusir penjajah dari negri ini karena ketiganya memiliki tentara kala itu, ketiga tokoh ini memiliki ideologi yg berbeda Sukarno Nasionalis, Kartosuwirjo Agamis, Semaoen Komunis semuanya bisa bersatu dalam perjuangan kemerdekaan RI.baru setelah kemerdekaan RI dideklarasikan & sukarno yg menjadi presidennya maka idiologi yg dianut Nasionalis dengan kendaraan politik Marheinis, sebenarnya Sukarno mencoba menyatukan Idiologi dari Sahabat seperjuangan dengan mendirikan NASAKOM akaan tetapi usaha itu gagal karena Negara harus mempunyai 1 idiologi & Nasionalislah yg dianut kala itu sampai sekarang kita harus hormati itu karena sudah menjadi keputusan besar pendirian Republik ini